Menurut Piaget bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinterkasi dengan lingkunganya.
Ada tiga aspek perkembangan intelaktual yaitu struktur, isi, dan fungsi. Struktur atau skema merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang berbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Isi merupakan pola perilaku khas anak yang bercermin pada responnya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi. Sedangkan fungsi adalah cara yang digunakan anak untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari organisasi dan adaptasi.
Manfaat dari teori Piaget dalam pembelajaran (matematika) adalah sebagai berikut :
- Memusatkan pada proses berpikir atau mental, dan bukan sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran pada hasilnya, pebelajar juga harus memahami proses yang digunakan sehingga sampai pada jawabannya.
- Menggunakan peran pebelajar dalam berinisiatif sendiri dan keterlibtan aktif dalam kegiatan pebelajar.
- Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan
- Membantu mengatasi permasalahan pebelajar dalam mengatasi masalahnya dengan memberi pengalaman dan menunjukan letak kesalahannya.
- Membantu pebelajar untuk berpikir lebih fleksibel dengan mengajarkan operasi yang saling inver
- Memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk melihat permasalahan (matematika) dari berbagai sudut pandang dengan berbagai cara menyelesaikannya.
- Membiasakan pebelajar dalam pembelajaran menggunakan penyelidikan sistimatis dan dinamis, untuk menumbuhkan mental pebelajar yang diasosiasikan proses penelitian yang sistematis dan penemuan/perkembangan pengetahuan yang selalu berubah.
Teori Piaget sangat relevan dijadikan landasan untuk pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan teori Piaget pembelajaran kontekstual cocok diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Karena pembelajaran itu memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental pebelajar, bukan sekedar kepada hasilnya, mengutamakan peran pebelajar dalam kegiatan pembelajaran, dan memaklumi perbedaan individu dalam kemajuan perkembangannya.
2. Teori Vygotsky
Menurut Vygotsky mengemukakan empat prinsip-prinsip kunci dalam pembelajaran, sebagai berikut :
- Penekanan pada hakikat sosialkultural belajar yaitu pebelajar belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi social ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual anak.
- Zona Perkembangan terdekat (ZPT) yaitu pebelajar belajar konsep paling baik, jika konsep itu berada pada ZPT mereka. Dalam pembelajaran pebelajar yang sedang bekerja pada ZPTnya, pada saat mereka terlibat dalam tugas-tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri, mereka dapat menyelesaikannya, jika dibantu oleh teman sebaya atau orang dewasa.
- Pemagangan kognitif yang mengacu pada proses dimana seseorang sedang belajar pada tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan pakar. Pakar adalah bisa orang dewasa, orang yang lebih tahu, atau teman sebaya yang lebih mampu.
- Scaffolding yang mengacu pada pemberian kepada seorang anak sejumlah bantuan oleh teman sebaya atau orang dewasa (pebelajar). Pemberian scaffolding berarti memberikan kepebelajar sejumlah dukungan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri.
Teori vygosky memberikan teori belajar yang berkaitan dengan faham kontruktifisme dengan kerangka kerjanya yaitu: (1) pengetahuan dikontrusi dari pengalaman, (2) hasil belajar berasal dari interprestasi individu terhadap pengetahuan, (3) belajar adalah “proses aktif” yang dalam makna dikembangkan berdasarkan pengalaman, (4) belajar adalah kolaboratif dengan makna yang dinegosiasikan dengan prespektif ganda, (5) belajar terjadi dalam seting yang realistis, (6) tes harus diintegrasikan ke dalam tugas-tugas bukan kegiatan yang terpisah. Hal ini sesuai dengan komponen kontekstual yaitu : konstruktivisme (constructivism).
Berdasarkan teori Vygotsky tentang prinsip-prinsip kunci dalam pembelajaran dapat disimpulkan bahwa teori Vykosky cocok diterapkan pada pembelajaran kontekstual karena sejalan dengan komponen utama pembelajaran kontekstual.
3. Teori Ausubel
Asubel membedakan antara kegiatan belajar yang bermakna dan kegiatan belajar yang tidak bermakna. Menurut Ausubel belajar bermakna adalah suatu proses belajar yaitu informasi (pengetahuan) baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar.
Ausubel mengemukakan dua prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi bagi pebelajar, yaitu:
- Prinsip diferensial progresif yang menyatakan bahwa dalam penyajian materi pembelajaran bagi pebelajar, materi atau gagasan yang bersifat paling umum atau paling inklusif harus disajikan terlebih dahulu, sesudah itu baru disajikan materi atau gagasan yang lebih detail
- Prinsip rekonsilasi integrative yang menyatakan bahwa materi atau informasi yang baru dipelajari perlu direkonsilasikan dan diintegrasikan dengan materi atau informasi yang sudah lebih dahulu dipelajari pada bidang keilmuan yang bersangkutan.
Sehubungan dengan prinsip yang dikemukan dari pandangan Ausubel bahwa cara belajar yang efektif adalah cara belajar yang mengupayakan adanya pemahaman terhadap struktur materi atau bidang ilmu yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual yang tujuan dalam pembelajaran bahwa siswa dapat belajar dengan aktif.
Karena perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian didalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikanya serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka.
4. Teori Bruner
Bruner menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkikan manusia menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Menurut Bruner mempelajari pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan dapat diinternalisasi dalam pikiran orang tersebu. Tahap tersebut Bruner membagi 3 yaitu : (1) tahap enaktif, suatu pengetahuan yang dilakukan secara aktif dengan menggunakan benda-benda kongkrit atau menggunakan situasi nyata. (2) tahap ikonik, suatu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan kongkrit. (3) tahap simbolik yaitu tahap pembelajaran yang direpresentasikan dalam bentuk symbol-simbol yang abstrak.
Ketiga tahap dalam mempelajari pengetahuan menurut buner tersebut memiliki proses belajar yang sama dengan pemblajaran kontekstual dimana pembelajaran dengan menggunakan benda-benda nyata (kongrit) kemudian kebentuk visual atau gambar kemudian ke bentuk simbol. Jadi dalam pembelajaran siswa terlibat aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip secara mandiri dalam memecahkan masalah. Siswa dituntut untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri, sementara guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan komponen kontekstual.
+ comments + 1 comments
Terimakasih ulasannya mas, pengetahuan tentang pembelajaran kontekstual ini sangat berguna bagi saya dalam proses belajar mengajar di kelas.
Posting Komentar